Senin, 03 Juni 2013

Sumur Berusia 77 Tahun di Lintongnihuta

Robelman Sihombing saat berada di dekat sumur Mual Simanampang yang berusia 77 tahun.
HUMBAHAS – Sumur tua dengan nama Mual Simanampang berusia 77 tahun, terdapat di Pasar Lama, Kecamatan Lintongnihuta, Humbahas. Sumur Mual Simanampang dibangun tanggal 29 Juli 1936. Namun saat ini sumur tersebut tidak difungsikan lagi.
Menurut warga di Pasar Lama, Desa Pargaulan, Kecamatan Lintongnihuta, sumur tersebut dulunya adalah sebagai satu-satunya tempat pengambilan air oleh warga.
“Sumur itu dibangun saat masih zaman penjajahan Belanda. Dulu, menurut cerita para orangtua kami, dari sumur itulah semua warga mengambil air. Baik untuk mandi, mencuci dan air minum,” ujar Robelman Sihombing (50), salah seorang warga, Sabtu (1/6).
Dia mengisahkan, untuk membangun tembok sumur tersebut, warga meminta bahan semen dari kolonial Belanda yang saat itu sedang membangun sebuah jembatan di desa mereka. “Jadi, sumur itu hasil gotong royong warga dan bantuan semen dari Belanda,” papar Robelman.
Ia menyebut, sekitar tahun 1970-an, sumur tersebut sudah tidak digunakan warga lagi. “Karena warga sudah mulai membuat sumur di rumah masing-masing. Jadi, sejak tahun 1970-an sumur itu tidak pernah dirawat lagi. Padahal, dahulu sumur itulah satu-satunya sumber air minum di desa ini,” katanya.
Senada juga diungkapkan warga lainnya, J Sianturi (40). Ia berharap agar warga di desa itu suatu saat memugar sumur tersebut. “Tapi kalau bisa dibantu jugalah oleh pemerintah dananya,” harap Sianturi. Ia beralasan, bahwa pemugaran sumur tua tersebut adalah suatu upaya untuk mengingat sejarah.
“Karena sejarah keberadaan sumur itu juga penting diketahui anak-anak kita saat ini. Artinya, supaya kita lebih menghargai apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyang kita,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, seorang pecinta sejarah di Humbang Hasundutan, Burju Lumban Toruan mengatakan, niat baik warga tersebut harus didukung.
“Sejarah perlu diingat, sebab sejarah dapat memberikan pendidikan, motivasi dan menimbulkan kecintaan pada sesama. Termasuk juga menghargai perjuangan nenek moyang kita. Jadi, saya setuju agar sumur itu dipugar kembali,” kata Burju. (juan/hsl)

0 komentar:

Posting Komentar