Rabu, 12 Juni 2013

Manfaatkan Jerami Jadi Kompos

PORSEA  - Jerami batang sisa hasil panen padi, ternyata bisa dimanfaatkan menghasilkan rupiah. Ahli pertanian telah menemukan bokasi memanfaatkan jerami untuk pembuatan kompos.
Setiap musim panen padi, biasanya petani menjadikan jerami bekas panennya menjadi benteng persawahan. Bahkan, ada juga yang membakar jerami bekas panennya karena dianggap, jerami tidak ada ubahnya dengan sampah yang tidak ada manfaatnya untuk pertanian.
Dengan kehadiran ahli bokasi di Tobasa, petani di sana mendapat pendidikan bagaimana mengolah jerami menjadi kompos. Kepada petani, PPL Pertanian Kecamatan Porsea, Tobasa, Marlin Marpaung menjelaskan bagaimana mengolah jerami menghasilkan rupiah.
Marlin mengatakan pendidikan pengolahan jerami menjadi kompos saat ini sangat tepat diketahui petani di Tobasa. Alasannya, saat ini petani padi di Tobasa sedang musim panen. “Kalau musim panen, biasanya petani membakar jerami sisa dari panen. Padahal, dengan sistem bokasi jerami bisa dibuat menjadi kompos,” katanya.
Dia menjelaskan, jerami merupakan bahan dasar pembuatan kompos. Caranya, jerami dikumpulkan dalam 20 bagian dan dapat ditambah dengan rumput dengan dipotong-potong sepanjang 10-15 centimeter. Bahan lainnya adalah, dedak, sekam (20 bagian), gula pasir lima sendok, EM4 sebagai bakteri dekomposer dan air 20 liter.
Setelah bahan yang dibutuhkan lengkap, dilarutkan dengan EM4 di dalam adonan. Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 centimeter, kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari, dengan syarat suhu di antara 30-40 celcius. Setelah 3-4 hari itu, sistem bokasi selesai dan kompos bisa dipergunakan.
“Sistem kerjanya sangat sederhana dan gampang. Namun, masih banyak petani yang belum mengetahui cara pembuatannya. Dengan adanya sosialisasi ini, kita harapkan petani sudah bisa menciptakan rupiah dari jerami, atau setidaknya petani tidak lagi membeli kompos,” paparnya.
Menurutnya, kompos sangat berpotensi meningkatkan hasil pertanian. Pupuk organik jenis kompos yang dibokasi sendiri jauh dari kimia, makanya lebih berkualitas dari kompos lainnya.
“Kita akan mendorong para petani untuk memproduksi pupuk organik menjadi lebih banyak, sehingga bisa dimanfaatkan petani lainnya. Dengan begitu secara otomatis kedepannya kebutuhan pupuk kimia, yang hingga kini sulit didapat petani bisa diantisipasi,” tukasnya. (**/osi)

0 komentar:

Posting Komentar